Saya
diundang menghadiri grand final “Lomba Penulisan Buku Bacaan Sekolah Dasar” di
Solo, yang bertempat di hotel Lor In mulai 23-26 Oktober 2018. Saya paling
males melakukan perjalanan jauh, termasuk menghadiri grand final itu, tetapi
karena hadiahnya lumayan besar, akhirnya saya pasrah juga melakukan perjalanan
jauh yang mengkhawatirkan itu. Kekhawatiran saya tidak lain adalah mabuk
darat.hihi
Soal
mabuk, saya ini sangat trauma pada perjalanan masa lalu saat saya ke Jember.
Bayangkan, dari Sumenep hingga terminal Tawang Alun saya mabuk. Sumpah, saya
pusing, pening, dan rasanya mau mati. Nah, trauma itu membuat saya hanya naik
bisa sudah mau mual. Apes. Sungguh sial jika saya berjalan jauh.
Panitia
memang menyediakan segala fasilitas perjalanan, mulai naik bis, mobil pribadi,
naik kereta, hingga naik pesawat terbang. Mikirnya sih mau naik pesawat, tapi
perasaan takut jatuh menghantui isi kepala. Bukankah kalau jatuh dari pesawat
tak ada sisa? Tambah ngeri diriku. Mau naik kereta, tiket habis. Beruntung,
pulangnya bisa naik kereta beramai-ramai bersama kawan-kawan lain dari Jawa
Timur.
Di
tempat acara, saya mengahadapi sidang dari dewan juri yang ramah-ramah, meski
akhirnya dewan juri yang ramah-ramah itu menjatuhkan vonis pada saya sebagai
juara II. Tentu saja, saya tak perlu protes sana-sini dengan menyebut dewan
juri curang dan sebagainya. Saya menerima dengan lapang dada hasil keputusan,
sambil berpikir untuk menjadi lebih baik dengan karya-karya berikutnya.
Bukankah, warga negara yang baik seperti itu?
Pak Thomson dan Putranya Jadi Juara |
Mengikuti
lomba menulis, hanya salah satu bagian untuk menegaskan bahwa diri saya ini
tidak hanya pandai melamun, tetapi juga bermanfaat melalui lamunan-lamunan yang
dikonkretkan melalui naskah karya tulis. Seluruh rakyat Indonesia yang
berjuta-juta dipersilakan untuk ikut serta, dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan oleh panitia. Dan, menyisihkan peserta lain bukan perkejaan gampang,
tetapi membutuhkan kerja keras yang sungguh-sungguh.
Jumpa Senior |
Mari
berkompetisi dalam kebaikan, bukan berkompetisi dalam kerusakan dan keburukan
lainnya. Semoga Allah menguatkan kita. Selamat “Menunaikan Ibadah Puasa.”
Oh,
Iya. Ketika saya menulis catatan yang tertinggal ini, teringatlah dalam lamunan
kawan-kawan dari non-jauh di sana seperti Kang Acep, Pak Thomson, Bu Zahra, Bu
Erawati, Mbak Dinni Tresnadewi, Kang Wiranto, dan yang lainnya. Mereka adalah
kawan sebangsa yang tanah lahirnya belum pernah saya singgahi. Semoga kami dipanjangkan
umur sehingga bisa bersua kembali.
Penulis:
Nun Urnoto
Editor:
Qurratul Aini
0 Comments