Salah satu cara memecahkan masalah, atau bahkan menemukan masalah adalah dengan cara membaca. Sepanjang sejarah, membaca tidak hanya dianggap mampu memecahkan dan menemukan masalah, tetapi juga mampu melecutkan berbagai potensi manusia dan menyibak berbagai rahasia, dan hal itu tidak mungkin mudah dilakukan kecuali bagi mereka yang mau menyelam ke wilayah membaca itu sendiri. Hampir semua orang takut menceburkan diri ke wilayah itu, kecuali bagi orang-orang yang mendapatkan hidayah dan merelakan dirinya dipaksa tercebur ke dalamnya. Sangat mengerikan jika dilihat dari jarak yang cukup jauh, kerena sepertinya berkutat dengan teks(membaca buku) dan terpekur-pekur dengan semesta sekitarnya (membaca alam) tak ubahnya serupa orang sinting yang tak punya pekerjaan. 

Sebagaimana halnya Nabi Muhammad SWA, yang mengalami kesulitan membaca (iqra') saat dituntun oleh malaikat Jibril, maka (mungkin) seperti itulah orang-orang yang baru memulai dirinya dengan kesibukan membaca. Mereka mengalami kesulitan luar biasa, bahkan mungkin stres dibuatnya. Namun, akhirnya akan merasakan akbatnya setelah mau bersabar dan bersusah-susah melakukannya. Menciptakan minat membaca, apalagi hingga keranjingan membaca, mungkin bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini:

Satu, menentukan niat. Artinya, untuk apa dirinya membaca. Misalnya membaca niatnya untuk mendapatkan informasi, untuk meneliti sesuatu, dan sebagainya. Paling tidak, niat menjadi alasan kuat seseorang untuk membaca. Dan, sebab itulah agama menegaskan bahwa segala sesuatu tergantung niatnya. Niat menjadi bagian tujuan membaca.

Dua, setelah membaca usahakan untuk eksplorasi kepada orang lain. Diskusikan hasil bacaannya. Bicarakan yang ditemukan kepada temannya, agar lebih kuat dalam ingatannya, sekaligus melatih dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya baru saja menguasai harta karun berupa tumpukan kosakata dan ide-ide cemerlang. Dengan demikian lambat-laun orang lain akan mengakui "kehebatannya", dan alam akan mengundangnya untuk berbicara.

Tiga, menuliskannya. Maksudnya, menuliskan ide-ide baru yang berhasil digugah oleh gagasan orang lain. Bukan menjiplaknya. Namun, menulis tidak gampang, juga tidak sulit. Maka, sebaiknya pelajari juga cara menulis yang baik dan benar, sehingga aktivitas membaca menjadi sinkron dan tidak membosankan lagi. Efek dari menulis sangat besar manfaatnya bagi aktivitas membaca tadi. Bahkan, seorang teman menjadi keranjingan membaca setelah hasil bacaannya (idenya) ditulis dan dipublikasikan di media massa. Ia dapat mengepulkan dapurnya dengan karya-karya tulisnya.

Tiga hal di atas sangat bisa untuk memotivasi diri rajin membaca. Tentu, masih ada hal lain semisal membaca sebagai kegiatan belajar, yang mana belajar tersebut sebagai kewajiban dari agama yang bernilai ibadah.

Sumenep 12 Desember 2015