Kemarin (26/2/2015), saya kembali memberi pelatihan menulis kepada siswa-siswi MA., Mansyaul Ulum Pasean Pamekasan, setelah setahun sebelumnya juga pernah melakukan hal yang sama. Namun, kali ini ada yang berbeda. Jika tahun sebelumnya hanya melibatkan siswa-siswi MA., Mansyaul Ulum sendiri, sekarang menyertakan sekolah-sekolah sekitarnya. Artinya, kegiatan tersebut mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Kegiatan menulis yang dikemas dengan karantina itu, dilakukan selama tiga hari dengan aneka kegiantan menulis lainnya. Tujuannya tidak lain membangkitkan semangat literasi bagi semua peserta, paling tidak mereka tidak kaget dengan dunia tulis-menulis yang terkadang membuat kepala para pelajar menjadi pening.
Khusus pelatihan kali ini, saya memfokuskan menulis fiksi, dan hanya sedikit memberikan pemahaman menulis nonfiksi. Mengapa fiksi? Anak-anak sekelas Madrasah Aliyah, masih 'kurang layak' atau masih membutuhkan pelatihan khusus menulis nonfiksi yang sedikit memeras pikiran. Sedangkan fiksi, saya anggap tidak terlalu berat jika hanya menulis fiksi cerpen atau puisi. Mereka hanya cukup bercerita saja dengan modal imajinasinya.
Saya sampaikan bahwa menulis fiksi tak hanya bermodal imajinasi tetapi rajin membaca adalah kunci utamanya. Gagal membaca, sama halnya gagal mengembangkan imajinasi dan akan menjadi miskin kosakata. Miskin kosakata akan menjadi mustahil merangkai cerita.
Peserta pelatihan cukup antusias. Mereka mengajukan banyak pertanyaan setelah sebelumnya saya meminta praktik menulis. Bagi saya, semangat mereka adalah modal utama untuk menjadi penulis. Semangat mereka bisa terbangun jika dimotivasi oleh guru-guru mereka, oleh para penulis, dan mereka tahu keuntungan menulis. Oleh karenanya, dalam pelatihan tersebut, 70% materi saya berisi motivasi.
Sekolah yang terletak di pedalaman ini, punya semangat luar biasa. Para siswa-siswi diberi ruang ekspresi untuk menyalurkan keinginannya, termasuk ruang untuk menulis. Sudah ada dua buletin yang diterbitkan oleh peserta didiknya, dan itu salah satu buktinya.
Bagaimana dengan sekolah yang lain? Jangan sampai kalah dengan sekolah yang terletak di pedalaman ini. Sekolah yang jauh dari kebisingan kota ternyata tak bisa diremehkan begitu saja. Boleh jadi mereka lebih maju, lebih bersemangat, dan lebih punya prestasi.
Semoga memberi manfaat.
"Jika engkau bukan raja, bukan anak ulama ternama, maka menulislah" (Petuah Imam al-Ghazali)
0 Comments