Sumenep-Foto ini adalah dokumentasi saya tahun 2010. Mereka adalah santri Pondok Pesantren Taufiqurrahman Banuaju Batang-Batang Sumenep Madura, yang antusias belajar menulis. Mereka adalah remaja yang oleh guru-gurunya--setidaknya--dikenalkan dengan dunia literasi yang akan menghadang dunia akademisnya dimasa yang akan datang. 

Sebagaimana sudah diketahui umum, bahwa pendidikan perguruan tinggi tidak pernah secuil pun melewatkan mahasiswanya dari aktivitas menulis, seperti menulis makalah, artikel, dan semacamnya. Itulah yang saya maksud 'dunia literasi akan menghadang dunia akademisnya dimasa yang akan datang'. Saya pikir, upaya pesantren untuk memberikan pelajaran menulis kepada para santrinya, patut mendapat apresiasi.

Bapak Supriyadi yang membidani kegiatan pengembangan bakat di pesanten Taufikurrahman sangat berkeinginan, agar kelak mereka tidak kaget atau tidak menjadi plagiat ketika perguruan tinggi memberikan tugas-tugas akademik dalam bentuk karya ilmiah.Tidak menjadi mahasiswa kacangan yang menyelesaikan tugas-tugasnya hanya mendownload dari internet.

Sembilan orang santri yang saya didik sangatlah tidak sebanding dengan jumlah santri yang memilih dunia pengembangan bakat tulis-menulis. Di mana-mana, dunia menulis menjadi dilema bagi mereka yang tidak mau rumit dengan kata-kata. Sungguh, kelompok menulis di negeri ini sangat sedikit dan seolah menulis adalah hantu yang sangat menakutkan. Sekali lagi, tidak banyak yang suka dengan yang sedikit. 

Jika dunia menulis adalah sesuatu yang sedikit peminatnya, maka sungguh rugi jika orang-orang tidak mengambilnya, karena di dalam yang sedikit itu terkandung mutira berharga. Dan, menulis itu adalah mutiara. Mutiara yang akan dikenang sepanjang sejarah manusia, dan menjadi amal jariyah yang tak terkalahkan nilainya. 

Semoga anak-anak didik saya yang diabadikan dalam foto di atas menjadi beruntung dan tetap menulis, meski bekerja peras keringat untuk ongkos hidupnya. Saya dengar mereka sudah kuliah, dan ada pula yang sudah menikah.

Jarak dari kecamatan Bluto mampu saya tempuh, hanya kecintaan saya kepada semangatnya yang membara untuk menulis. Bahkan, setahun saya ngajar, mereka sudah sempat menerbitkan Buletin Spirit sebagai tempat menuangkan kreativitas menulisnya.

Saya yakin, tulisan akan membuat orang lemah menjadi kuat. Saya yakin, orang lemah yang menulis akan mampu menumbangkan orang kuat yang tidak menulis. Tunggu apalagi?



Guluk-Guluk, 11 Januari 2014.