Jakarta-Berbicara di hadapan beberapa penyair puisi esai adalah pengalaman pertama saya, saat didaulat sebagai 10 peserta terbaik puisi esai 2014. Bang Jamal yang juga masih tetangga saya di Madura, mengabarkan lewat inbok bahwa saya harus datang pada Selasa 24 Juni 2014 ke Jakarta, untuk ikut memeriahkan acara penerimaan hadiah, sekaligus penampilan beberapa teater. Sebagai penulis pemula, saya merasa tersanjung mendapatkan kehormatan berkelas nasional itu.

Selain acara seremonial yang digelar oleh panitia, 13 penyair mengadakan sharing dengan Denny JA, termasuk dengan penyair nasional Jamal D. Rahman, Agus R. Sarjono, Fatin Hamama, dan beberapa penyair nasional lainnya. Satu persatu, 13 penyair dalam ruang cafe milik Denny JA itu, berbicara proses penciptaan puisi esainya.

Karya-karya para penyair puisi esai langsung dibukukan dan dibagikan secara gratis kepada para penyairnya. Sebuah apresiasi yang cukup bagus bagi kesusastraan Indonesia, tentunya lepas dari kontroversi yang sebelumnya berdengung karena penggagas puisi esai, Denny JA, secara mendadak masuk 33 tokoh sastra berpengaruh versi Bang Jamal dan kawan-kawannya. Saya rasa, puisi esai akan terus berkembang sepanjang usaha-usaha yang dilakukan oleh Denny JA, dan kawan-kawannya terus dilestarikan, dikembangkan, didukung, bukan malah dimentahkan dengan pretensi yang kurang sehat.

Denny JA, sendiri menjelaskan dalam forum tersebut, bahwa dirinya hanyalah seorang aktivis yang ikut peduli untuk mengembangkan kasusastraan Indonesia, bukan hendak mengambil alih genre sastra tertentu semisal puisi esai, sebagai buah gagasannya. Ini penting untuk dipikirkan tanpa berpretensi negatif terhadap usaha-usaha yang dilakukannya.

Acara yang berakhir hingga dini hari itu, ditutup dengan makan malam, sambil berfoto-foto dengan para penyair dan aktivis tanah air yang peduli dengan bangkitnya peradaban kesusastraan Indonesia. Semoga usaha-usaha mereka mendapat balasan yang baik.

 

Saya yakin, kebersamaan visi akan membangkitkan peradaban yang lebih baik, daripada gontok-gontokan, dan saling menyalahkan satu sama lain. Selamat berjuang. Majulah Indonesiaku.