Sumenep-Ketika saya menulis catatan ini, pikiran saya disedot waktu ke belakang, saat seorang diri menangani dua kegiatan penting: Pameran Buku Mizan dan Pelatihan Menulis Bersama Hernowo di Aula as-Syarqowi dan MA. Tahfidz Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep pada 2011.
Saya baru tertarik untuk menulisnya, karena desakan memori yang cukup kuat. Entah, apa alasan logis memori saya mendesak diri saya menulis aktivitas masa lalu itu? Wallahu'alam. Intinya, detik ini saya ingin menulisnya. Tak ada alasan lain.
Pameran Buku
Dok. kabarnun.com |
Saya melihat di Guluk-Guluk terutama di Pesantren Annuqayah ada semacam kegilaan. Mereka kumpulan orang-orang gila, dan sepanjang pengamatan saya (ini sudut pandang penjual buku) dari beberapa pesantren, hanya di Annuqayah ditemukan kegilaan. Maksud saya, gila membaca. Saya tidak menemukan gila baca di kota-kota.
Pernah saya mengadakan pameran buku di Kota Sumenep dekat Taman Adipura, tepatnya di sebelah timurnya Taman Adipura selama 15 hari dengan anggaran promosi 3 juta. Ternyata tak ada apa-apanya. Omzetnya hanya 17 juta, dan saya rugi 2 juta untuk membayar sewa tempat, dan stan guardnya. Sial nia nasib saya kala itu.
Berdasarkan pengalaman di kota, saya punya kesimpulan bahwa pusat membaca sebenarnya ada di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Annuqayah. Khusus Annuqayah, saya punya catatan khusus; ANNUQAYAH PUSATNYA ORANG GILA BACA. Maka jangan heran, jika penulis-penulis bermunculan dari pesantren yang berada di lereang Bukit Payudan itu, karena kegilaan mereka terhadap buku dan kitab-kitab klasik menjadi alasan logisnya. Hanya orang yang gila baca, yang memungkin untuk bisa menulis. Maka, saran saya, jika ingin menjadi penulis, masuklah ke Pesantren Annuqayah, atau meniru saya.
Saya tidak nyantri di Annuqayah, walau diam-diam saya nyantri pada ketua NU Sumenep sebagai khadim tokonya, yang notabene dekat dengan Annuqayah. Hanya dekat, saya sudah berambisi menulis dan terbukti saya bisa menulis enam novel, dan beberapa tulisan lainnya. Sekali lagi, hanya dekat. Apalagi saya sampai nyantri. Maaf, ini bukan promosi Pesantren Annuqayah, tapi saya menyampaikan fakta-fakta yang saya rasakan dan saya amati.
Benarlah kata pepatah, "Jika kamu berteman dengan tukang jual minyak, maka kamu akan terkena tempias harumnya. Tapi, jika berteman dengan tukang las, maka akan terkena ciprat baunya." Namun, banyak yang meremehkan pepatah ajaib ini.
Pelatihan Menulis
Selain Pameran Buku, Mizan Media Utama (MMU) Surabaya yang menjadi mitra saya, menyediakan fasilitas pelatihan menulis gratis untuk santri Lubangsa Putri. Namun, pemikiran saya berkembang. Saya juga menawarkannya kepada anak-anak MA. Tahfidz, yaitu Ahmad Raziki putra Pak Jamali untuk diadakan di MA. Tahfidz. Tanpa banyak basa-basi, Raziki langsung meresponnya dan bersegera membentuk panitia, hingga meminta tanda tangan sertifikat pada Direktur Mizan Media Utama Surabaya, Bagus Triantoro. Satu rencana tak terduga, tapi mereka mampu menyelesaikannya.
Saat pelatihan di Aula as-Syarqawi, saya ditanya oleh Kiai Ali Fikri tentang pelatihan tersebut. "Ini acara besar. Saya baru tahu hari ini," keluhnya. Saya pikir, panitia sudah memberi tahu pengasuhnya. "Maaf, saya tidak menyediakan fasilitas lengkap, soalnya dadakan," kata Kiai Fikri. "Tidak apa-apa Kiai, semoga lain kali lebih baik," jawab saya.
Pelatihan menulis di Aula as-Syarqawi berlangsung mulai pukul 09.00 WIB., hingga pukul 01.00 WIB. Kemudian sore harinya dilanjutkan di MA. Tahfidz yang dihadiri oleh semua civitas MA. Tahfidz dan para undangan.
Luar biasa. Ini benar-benar membuat saya semakin yakin bahwa pesantren yang terletak di pedalaman, dan jauh dari hiruk-pikuk kota mempunyai semangat membaca yang luar biasa. Saya yakin, Yogyakarta yang konon sebagai pusat peradaban dan pendidikan, akan kalah dengan Annuqayah.
Luar biasanya lagi. Tawaran saya pada MA. Tahfidz langsung mendapat respon. Gairah terhadap dunia literasi begitu kental. Padahal, hanya mendapat biaya transport, mereka langsung melakukan eksekusi pelatihan menulis. Saya pikir, lembaga lain masih mikir-mikir dan berbasa-basi untuk mengambil kesempatan tersebut, bukan karena tidak mampu, tapi kerena mereka tak punya gairah untuk membaca dan menulis. Itulah hebatnya Annuqayah.
Ingin semangat membaca dan menulis? Datanglah ke Pesantren Annuqayah. Tapi, jangan lupa mampir ke Toko Buku Menara Cling dan belilah bukunya. :)
Menara Cling, 29 Januari 2015
(Nun)
1 Comments